Rabu, 27 Februari 2013

Industri patin: efisiensi dan fokus ke konsumen


Ikan patin merupakan salah satu ikan domestik yang sangat potensial dikembangkan secara massal di Indonesia.  Berbagai upaya telah dilakukan sejak tahun 1980-an, dimulai dari penelitian sampai pengembangan industri hilir akhir-akhir ini. Namun demikian, ternyata potensi tersebut belum dapat diaktualisasikan sebagaimana diharapkan.  Vietnam sebagai negara “patin” di dunia, telah semakin menguasai pasar dunia (termasuk Indonesia), padahal jejak Vietnam dalam industri patin tidak berbeda banyak dengan Indonesia.  Apa masalahnya?
         Sebagaimana galibnya sebuah kegiatan bisnis, industri patin dihadapkan pada beberapa hal pokok, yang pada intinya adalah berkisar di urusan efisiensi dan fokus kepada konsumen.  Pertama adalah bagaimana sebuah industri komoditas hidup seperti patin dapat menekan biaya produksi (dalam hal ini pakan) dengan tidak mengorbankan kualitas. Masalah ini masih belum sepenuhnya teratasi di budidaya patin Indonesia. Biaya pakan masih mahal dan menduduki porsi sampai dengan 70% ongkos produksi, sehingga  ikan patin Indonesia tidak bisa bersaing dengan patin impor (harga patin lokal Rp 12.500-15.000/kg sedangkan patin Vietnam Rp 9.000-10.000/kg).
         Kedua, di dalam mengolah produk biologi seperti patin yang sangat mudah rusak (highly perishable) maka jarak antara sumber bahan baku dan unit pengolahan menjadi sangat penting dalam menjaga kontinyuitas dan kualitas suplai bahan baku. Tahun lalu produksi patin kita sekitar 157 ribu ton, dan 83% diproduksi di Sumatera (terutama Sumatera Selatan dan Riau), dan 10% di Kalimantan. Maka sudah selayaknya industri pengolahan dibangun di Sumatera, bukan di Jawa yang produksinya hanya 8 ribu ton  (saat ini terdapat 7 unit pengolahan di Jawa dengan kebutuhan bahan baku 87 ton per hari). Budidaya dan pengolahan patin harus dapat diintegrasikan.
         Ketiga, di dalam pengolahan filet patin, hanya 30-35% porsi badan yang digunakan, sisanya adalah limbah. Tanpa memanfaatkan limbah yang sedemikian besar, maka semua ongkos produksi akan menjadi beban produk utama. Kembali harga produk akan tidak dapat bersaing. Zero waste product perlu diupayakan.
         Keempat,  berbeda dengan gadget yang akan selalu diserap oleh pasar, komoditas perikanan hanya akan dipilih konsumen bila sesuai dengan seleranya. Maka riset pasar menjadi sangat penting untuk mengetahui selera dan kebutuhan pasar. Know your customer harus dijadikan sikap.
        Empat hal di atas-lah yang menjadi kunci sukses industri patin Vietnam, meskipun diakui ada peran besar pemerintah dalam hal ini, misalnya melalui berbagai subsidi. Kalau dulu mereka belajar dari kita, bahkan konon ikan patin mereka pun dari kita, kini kita-lah yang perlu belajar banyak dari mereka. 

Tidak ada komentar:

Memperkuat Jaminan Mutu Hasil Perikanan

Pangan yang aman, sehat dan berkualitas telah menjadi tuntutan konsumen, utamanya di pasar internasional yang persyaratannya semakin ketat. ...